Selasa, 08 November 2011

TAHAP-TAHAP BELAJAR DARI JEROME BRUNER


TAHAP-TAHAP BELAJAR DARI JEROME BRUNER


A.      TEORI BELAJAR BRUNER
Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan.
Bruner membagi dunia anak kedalam tahap yang berurutan, yaitu :
1.        Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi, mengutak-atik obyek-obyek secara langsung.
2.        Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
3.        Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.

B.       Teorema atau Dalil-dalil yang berkaitan dengan Pembelajaran Matematika
Bruner mengemukakan teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika. Dalil-dalil itu timbul sebagai hasil pengamatannya kesekolah-sekolah dan hasil percobaan teman-temannya, yaitu : (dalam Rusefendi, 1991)

1.        Dalil Penyusunan ( Contruction theorem)
Cara yang paling baik bagi anak untuk belajar konsep, dalil, dan lain-lain dalam matematika dengan melakukan penyusunan representasinya. Pada langkah-langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi konsep itu dilakukan oleh siswa sendiri.
Misalnya bila guru atau siswa ingin menunjukkan arti 2, siswa sendiri supaya menyajikan sebuah himpunan dengan 2 anggota.
2.        Dalil Notasi (Notation Theorem)
Pada permulaan suatu konsep disajikan, supaya dipergunakan notasi yang sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa. Notasi {    }, tidak diberikan kepada siswa dipermulaan SD. Demikian juga notasi anggota himpunan . Notasi fungsi f(x) hanya dipakai untuk siswa SMA atau mahasiswa di Perguruan Tinggi. Untuk anak SD digunakan tanda ˆ atau D, misalnya ˆ = D + 4.
3.        Dalil Pengkontrasan atau keanekaragaman (Contras and Variation Theorem)
Dalam langkah-langkah mengubah representasi kongkrit ke representasi lebih abstrak suatu konsep matematika diperlukan adanya kegiatan pengkontrasan atau keanekaragaman. Maksudnya ialah, agar suatu konsep itu lebih bermakna bagi siswa konsep itu harus dikontraskan dengan konsep-konsep lain dan disajikan dengan beranekaragam contoh. Misalnya bilangan ganjil akan lebih bermakna bagi siswa bila dikontarskan (dibedakan) dari bilangan genap, bilangan prima dikontraskan dengan bilangan genap dan bilangan ganjil mempunyai faktor selain dari bilangan itu sendiri dan satu.
4.        Dalil Pengaitan (Conectivity Theorem)
Dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep lain. Begitu pula antara yang lainnya misalnya antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dan topik, antara cabang matematika (aljabar dan geometri). Oleh keran itu agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan itu.
C.      Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain  Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu  tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping  itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat,  kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi  setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya  sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi  baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari  suatu ilmu pengetahuan secara utuh. (http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by FEBRINA BIDASARI