DASAR-DASAR PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan segala
sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu terdiri
atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang
ingin diketahui. Karena itu pengetahuan menuntut adanya subjek yang mempunyai
kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu
yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya.
MANUSIA
Mahluk hidup ciptaan
Tuhan yang paling sempurna dibandingkan mahluk hidup yg lain (hewan
dan tumbuhan).
MENGAPA MANUSIA MEMERLUKAN PENGETAHUAN?
- Manusia mempunyai sifat rasa ingin tahu tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu .
- Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat dari waktu kewaktu.
Sebelum berajak ke pembahasan-pebahasan yang lebih rumit tentang
sub-sub filsafat sains terlebih dahulu kita membincangkan tentang dasar-dasar
pengetahuan sebagai langkah menuju ke pemahaman yang lebih sistematis dan
komprehensif. Di dalamnya akan dibahas beberapa term yang berkaitan dengan
pengetahuan itu sendiri. Dengan membicarakan topik ini diharapkan kita mampu
memahami unsur-unsur yang dapat membantu manusia untuk memiliki pengetahuan
dalam hidupnya. Maka, di sini
akan dibahas pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran
dan penalaran, logika, bahasa, serta kebutuhan hidup manusia.
Pengalaman
Hal yang pertama dan paling utama yang mendasarkan pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia dalam interaksinya dengan alam, lingkungan dan kenyataan, termasuk Yang Ilahi. Pengalaman terbagi menjadi dua: (1) pengalaman primer, yaitu pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan sendiri; (2) pengalaman sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau reflektif mengenai pengalaman primer.
Hal yang pertama dan paling utama yang mendasarkan pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia dalam interaksinya dengan alam, lingkungan dan kenyataan, termasuk Yang Ilahi. Pengalaman terbagi menjadi dua: (1) pengalaman primer, yaitu pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan sendiri; (2) pengalaman sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau reflektif mengenai pengalaman primer.
Paling tidak, ada tiga ciri
pokok pengalaman manusia. Pertama, pengalaman manusia yang beraneka ragam.
Kedua, pengalaman yang berkaitan dengan objek-objek tertentu di luar diri kita
sebagai subjek. Dan ketiga, pengalaman manusia selalu bertambah seiring dengan
pertambahan usia, kesempatan, dan kedewasaan.
Ingatan
Pengetahuan manusia juga didasarkan pada ingatan sebagai kelanjutan dari pengalaman. Tanpa ingatan, pengalaman indrawi tidak akan bertumbuh menjadi pengetahuan. Ingatan mengandalkan pengalaman indrawi sebagai sandaran ataupun rujukan. Kita hanya dapat mengingat apa yang sebelumnya telah kita alami. Kendati ingatan sering kabur dan tidak tepat, namun kita dalam kehidupan sehari-hari selalu mendasarkan pengetahuan kita pada ingatan baik secara teoritis dan praktis. Seandainya ingatan tak dapat kita andalkan maka kita tak dapat melakukan tugas sehari-hari seperti mengenal sahabat, pacar, dan lain-lain. Tanpa ingatan, kegiatan penalaran kita menjadi mustahil. Karena untuk bernalar dan menarik kesimpulan dalam premis-premisnya kita menggunakan nalar.
Ingatan tidak selalu benar dan
karenanya tidak selalu merupakan bentuk pengetahuan. Agar ingatan dapat
dijadikan rujukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya bagi
pengetahuan, setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi yakni: (1) kesaksian
dan (2) konsisten.
Kesaksian
“Kesaksian” dimaksudkan untuk penegasan sesuatu sebagai benar oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa, dan diajukan kepada orang lain untuk dipercaya. “Percaya” dimaksudkan untuk menerima sesuatu sebagai benar yang didasarkan pada keyakinan dan kewenangan atau jaminan otoritas orang yang memberi kesaksian.
Dalam mempercayai suatu kesaksian, kita tidak
memiliki cukup bukti intrinsik untuk kebenarannya. Yang kita miliki hanyalah
bukti ekstrinsik. Menurut Descartes, beberapa pemikir menolak kesaksian sebagai
salah satu dasar dan sumber pengetahuan karena kesaksian bisa keliru dan
bersifat menipu. Walaupun demikian, ada beberapa pengetahuan yang kebenarannya
dirujukkan kepada kesaksian seperti sejarah, hukum, dan agama secara
metodologis.
Minat dan Rasa Ingin Tahu
Tidak semua pengalaman dapat
dijadikan pengetahuan atau tidak semua pengalaman berkembang menjadi
pengetahuan. Untuk berkembang menjadi pengetahuan subjek yang mengalami harus
memiliki minat dan rasa ingin tahu. Minat mengarahkan perhatian ke hal-hal yang
dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan. Ini berarti bahwa dalam
kegiatan mengetahui terdapat unsur penilaian. Orang akan memperhatikan dan
mengetahui apa apa yang ia anggap bernilai. Dan rasa ingin tahu mendorong untuk
bertanya dan menyelidiki apa yang dialaminya dan menarik minatnya. Inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Rasa ingin tahu terkait erat
dengan pengalaman mengagumkan dan mengesankan dengan keheranan yang dialami.
Mengajukan pertanyaan yang tepat mengandaikan bahwa orang tahu di mana ia tahu
dan di mana ia tidak tahu. Maka, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah
langkah pertama untuk memperoleh jawaban yang tepat.
Pikiran dan Penalaran
Kegiatan pokok pikiran dalam
mencari kebenaran dalam pengetahuan adalah penalaran. Bagi seorang guru, nalar
adalah latihan intelektual untuk meningkatkan akal budi anak didik. Sedang,
bagi ilmuwan, nalar adalah metode merancang percobaan untuk memeriksa
hipotesis. Nalar dalam kehidupan kita sehari-hari selalu diartikan rasionalitas.
Nicholas Rescher mengatakan, “Bersikap rasional berarti menggunakan kecerdasan
untuk menentukan tindakan terbaik dalam suatu keadaan.” Ini definisi kasar,
tapi berguna sebagai landasan untuk membangun suatu argumen.
Penalaran
adalah proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang telah diketahui
sebelumnya. Setidaknya ada tiga metode dalam proses penalaran. Pertama, induksi
yakni penalaran yang menarik kesimpulan umum (universal) dari kasus-kasus
tertentu (partikular). Kedua, deduksi yakni penalaran untuk merumuskan sebuah
hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan pernyataannya masih perlu
untuk diuji coba.
Logika
Dalam logika, ada tiga rumus
yang menjadi dasar-dasar pengetahuan. Pertama, silogisme kategoris yakni
silogisme yang terdiri dari proposisi-proposisi yang bersifat kategoris, yaitu
proposisi yang berbentuk S itu P atau S itu bukan P.
Contoh: Semua manusia dapat mati
Contoh: Semua manusia dapat mati
Ken Arok adalah manusia
Ken Arok dapat mati
Contoh di atas adalah silogisme kategoris yang
bersifat yang bersifat positif. Tapi silogisme kategoris juga bisa bersifat
negatif. Maka, secara umum ada empat silogisme kategoris sejajar dengan empat
jenis proposisi kategoris.
Afirmatif universal (A) : Semua manusia dapat mati
Afirmatif universal (A) : Semua manusia dapat mati
Negatif universal (B) : Semua manusia
tidak dapat hidup terus
Afirmatif universal (I) : Beberapa orang
dapat berenang
Negatif partikular (O) : Beberapa orang
tidak dapat berenang
Kedua, silogisme hipotetis yakni silogisme dalam
proposisi bersyarat.
(1) Modus ponens: Kalau p – q
(1) Modus ponens: Kalau p – q
Tetapi p
Maka q
(2) Modus tollens: Kalau p – q
Tetapi q
Maka q
Bentuk-bentuk silogisme hipotetis lain tidak sahih.
Dan ketiga, silogisme disjungtif adalah silogisme
yang sahih hanya dalam salah satu kemungkinan yang menyingkirkan
kemungkinan-kemungkinan lain.
Contoh: Atau p, atau q, atau r
Tapi bukan p dan bukan r
Bahasa
Di samping logika penalaran
juga mengandaikan bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan
pengetahuannya. Dalam eksperimen antara bayi dan anak kera yang lahir secara
bersama waktunya, pada awalnya keduanya berkembang hampir sejajar. Tapi seorang
anak mulai bisa berbahasa, daya nalarnya menjadi amat berekembang dan
pengetahuan tentang diri sendiri serta lingkungannya menjadi jauh melampaui
kera seusianya.
Kebutuhan Hidup Manusia
Dalam interaksinya dengan
dunia dan lingkungannya manusia membutuhkan pengetahuan. Maka, kebutuhan
manusia juga dapat mendasari dan mendorong manusia untuk mengembangkan
pengetahuannya. Berbeda dengan binatang, manusia memperoleh pengetahuan tidak
hanya didasarkan pada instingtif tapi juga kreatif. Manusia adalah makhluk yang
mampu menciptakan alat, memiliki strategi, dan kebijaksanaan dalam bertindak.
Walaupun kebutuhan manusia yang mendasari pengetahuan termasuk ke dalam dimensi pragmatis pengetahuan tapi juga terdorong oleh rasa keingintahuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.
Walaupun kebutuhan manusia yang mendasari pengetahuan termasuk ke dalam dimensi pragmatis pengetahuan tapi juga terdorong oleh rasa keingintahuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN (SUMBER PENGETAHUAN) :
1) WAHYU
2) PENGALAMAN
3) OTORITAS
4) BERPIKIR DEDUKTIF
5) BERPIKIR INDUKTIF
6) METODE ILMIAH
PERBEDAAN ANTARA MANUSIA DAN HEWAN :
1) Mahluk berpikir (homo sapiens)
2) Mampu membuat alat/menggunakannya (homo
faber)
3) Dapat berbicara/ berbahasa (homo
longuens)
4) Hidup bermasyarakat (homo socius)
5) Hidup berekonomi (homo aeconomicus)
6) Menyadari adanya Tuhan YME.
(homo relijius)
Referensi
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 32.
Donald B. Calne, Batas Nalar: Rasionalitas dan Perilaku Manusia, terj. Parakitri T. Simbolon (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005), hlm. 19-20.
0 komentar:
Posting Komentar