ASPEK ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU
1. DEFINISI
Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) terhadap
obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku
universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya. Ilmu Pengetahuan tidak hanya satu, melainkan
banyak (plural) bersifat terbuka (dapat dikritik) berkaitan dalam memecahkan
masalah.
Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari esensi atau
hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat Ilmu adalah cabang
filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam
ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu. Filsafat ilmu Pengetahuan disebut juga Kritik Ilmu,
karena historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan otonomisasi
dalam mengeritik dogma-dogma dan tahayul
2. MEMBANGUN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN TERTENTU
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga aspek
(ontologi, epistemologi dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau
hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan
yang benar dari ilmu tersebut.
Aspek
ontologi menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana wujud yang
hakiki dari objek tersebut ? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya
tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?. Aspek epistimologis; berusaha menjawab bagaimana proses yang
memungkinkan di diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah
kriterianya? Cara/tehnik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?. Sedang aspek aksiologi; aspek ini akan menjawab,
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara
teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral/professional?
Jadi
dengan mengetahui jawaban-jawaban dari ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah
kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah
kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan
yang ada seperti ilmu, seni dan agama serta meletakkan mereka pada tempatnya
masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri
tiap pengetahuan dengan benar maka bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan
kegunaanya secara maksimal namun kadang kita salah dalam menggunakannya.
Misalnya, apabila ilmu di kacaukan dengan seni atau ilmu dikonfrontasikan
dengan agama.
Contohnya :
Membangun Filsafat Ilmu Teknik perlu menelusuri dari aspek :
ontologi ⇨ eksistensi
(keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-ilmu keteknikan.
Epistemologi ⇨ metode yang
digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu keteknikan
Aksiologi ⇨ manfaat dari
ilmu-ilmu keteknikan.
3. ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh
satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis
mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu
membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan
pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Ontologi membahas
tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.
Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dalam
rumusan Lorens Bagus; ontology menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya.
Ontologi adalah
hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai
kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu
pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh..
1.
Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi
pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya
akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran
materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.
2.
Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam
ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan
abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu
yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi
dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah
abstraksi metaphisik.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya
diuraikan/ditelaah secara :
a.
Metodis; Menggunakan cara
ilmiah
b.
Sistematis; Saling berkaitan
satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c.
Koheren; Unsur-unsurnya harus
bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d.
Rasional; Harus berdasar pada
kaidah berfikir yang benar (logis)
e.
Komprehensif; Melihat obyek
tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional –
atau secara keseluruhan (holistik)
f.
Radikal; Diuraikan sampai akar
persoalannya, atau esensinya
g.
Universal; Muatan kebenarannya
sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
Contoh : aspek ontologi pada ilmu matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a.
Metodis; matematika merupakan
ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b.
Sistematis; ilmu matematika
adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika
saling berkaitan antara satu sama lain
c.
Koheren; konsep, perumusan,
definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan
d.
Rasional; ilmu matematika
sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
e.
Komprehensif; objek dalam
matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f.
Radikal; dasar ilmu matematika
adalah aksioma-aksioma
g.
Universal; ilmu matematika
kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja
PENUTUP
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
ontologi mempelajari tentang objek apa yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan
hubungannya dengan daya tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan ilmu
pengetahuan . Pembahasan ontology tidak mencakup pada proses, prosedur dan
manfaat dari suatu objek yang ditelaah ilmu, tetapi lebih kepada perwujudannya.
Telaah matematika secara ontologi menunjukkan bahwa
matematika bersifat metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif,
radikal dan universal. Hal berarti bahwa matematika telah memenuhi aspek
ontologi dalam filsafat ilmu, selanjutnya matematika perlu ditelaah secara
epistemologi dan aksiologi.
KESIMPULAN HASIL DISKUSI
1.
Apakah ada pertentangan antara
ilmu dan agama?
Tidak ada pertentangan antara ilmu dan agama, tetapi
karena agama berasal dari keyakinan (tidak membutuhkan pembuktian) maka
sebagian pemahaman agama tidak mampu dijangkau oleh ilmu yang berasal dari akal
yang mengharuskan adanya suatu pembuktian secara ilmiah. Pembuktian ilmiah adalah pembuktian yang
dapat diterima akal, sedangkan jangkauan akal manusia sangat terbatas untuk
memahami ilmu Allah yang tidak terbatas. Akibatnya, yang terjadi adalah ketika
manusia tidak mampu memahami sesuatu dengan akalnya maka manusia pun tidak
menyakini kebenarannya padahal untuk memahami ilmu Allah (agama) tidak hanya
dibutuhkan akal melainkan juga keyakinan. Contoh: Teori Darwin menyatakan bahwa
manusia berasal dari kera, hal ini didukung oleh adanya penemuan-penemuan
berupa kerangka tulang(tengkorak) yang menunjukkan adalah evolusi wujud kera ke
wujud manusia. Tetapi keyakinan (terutama pada umat islam) bahwa manusia
diciptakan oleh Allah dalam wujudnya yang sempurna dan bukan berasal dari kera
tidak sependapat Darwin.
2.
Apakah matematika termasuk
ilmu?
Matematika bukanlah suatu ilmu melainkan suatu olah/cara
berpikir logis, kritis dan sistematis. Matematika terdapat pada hampir semua
ilmu pengetahuan, artinya ilmu pengetahuan membutuhkan matematika sama halnya
seperti bahasa.
REFERENSI
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika
Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan). Jakarta
: Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun. 1996. Filsafat
Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
0 komentar:
Posting Komentar