Jumat, 04 November 2011

PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG TERCIPTANYA BUMI


PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG
TERCIPTANYA BUMI

I.       Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh TYME berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Manusia dilengkapi oleh akal pikiran yang selalu tumbuh, berkembang, dan semakin maju sehingga mampu mengenal alam dan lingkungan sekitarnya serta dapat pula menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena alam. Sejak berabad-abad yang lalu, manusia selalu mencoba membuka tabir rahasia pergerakan benda-benda angkasa yang ada disekitar bumi dan akhirnya manusia sampai pada suatu kesimpulan bahwa benda-benda langit tersebut terikat dalam suatu system yang saling mempengaruhi dan system ini disebut tata surya.
            Tata surya disefinisikan sebagai susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari, planet, asteroid, komet, serta meteoroid dengan matahari sebagai pusat tata surya. Planet sudah ditemukan manusia sejak abad ke-3 sebelum masehi, yang artinya “pengembara”. Salah satu planet tersebut adalah BUMI.

II. BUMI
            Bumi terletak pada deretan ke-3 dari matahari dengan jarak rata-rata terhadap matahari sekitar 150 juta km. jarak matahari-bumi ini ditetapkan sebagai satu satuan astronomi. Bumi merupakan planet tempat manias hidup dan berkembang dan satu-satunya planet yang sampai saat ini diketahui mempunyai kehidupan.
Adapun beberapa pendapat tentang bumi, yaitu:
1.      menurut bangsa Babilonia, bumi dianggap sebagai suatu yang berongga, yang ditopang oleh samudra angkasa melengkung di atas bumi, berdiri tegak antara perairan bawah dan perairan atas samudra, yang kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.
2.      sebagian besar bangsa yunani kuno percaya bahwa bumi adalah pusat alam raya, pada sekitar tahun 140 M muncul teori Ptolemaios tentang system tata surya dialam semesta yang didasari oleh konsep geosentrisme, yang beranggapan banha bumi tetap pada tempatnya, sedangkan planet-planet lain mengitarinya.
2.1  Bumi Menurut Kitab Kejadian
Menurut kitab kejadian (Ganesis 1) terciptanya bumi berlangsung selama enam hari. Pada mulanya sewaktu tuhan menciptakan alam raya, bumi tanpa bentuk kosong dan gelap gulita. Pada hari pertama diciptakan siang dan malam. Pada hari kedua diciptakan kubah yang dinamakan angkasa, yang memisahkan air di bawahnya dari air di atasnya. Pada hari ketiga diciptakan daratan dan lautan. Daratan kemudian diperintahkan menghasilkan berbagai jenis tumbuhan yang mengasilkan bebijian dan buah-buahan. Pada hari keempat diciptakan lentera-lentera untuk menerangi bumi. Lentera-lentera itu ialah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Pada hari kelima diciptakan hewan penghuni air seperti ikan dan hewan penghuni udara seperti burung-burung. Pada hari keenam Tuhan menciptakan hewan daratan dan manusia. Kepada manusia tuhan menguasakan pengelolaan ikan, burung, dan satwa piaraan maupun liar. Semua ciptaanNya berpasangan agar dapat berkembang biak. Karena kepada manusia diperintahkan agar mempunyai anak banyak agar mereka menyebar ke seluruh penjuru bumi dan mengelolanya termasuk semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tuhan juga mengatur pembagian makanan  yang diperlukan manusia dan hewan. Lengkaplah alam raya itu tercipta pada hari ke7 dan Tuhanpun berhenti bekerja. Diberkatinya hari ke7 itu dan kekhususkannya sebagai beristirahat bagi manusia.
Jadi dalam kitab kejadian ini secara implicit mengatakan bahwa semua makhluk hidup yang ada di dunia ini sudah tercipta sejak awal alam raya ini diciptakan. Pandangan ini dikukuhkan di dalam sains biologi oleh ilmuan botani Swedia Linne pada tahun 1737 dalam bentuk ajaran kelestarian jenis. Tahun 1658, uskup Agung Henry Ussher dari Armagh Irlandia, bahwa bumi tercipta di sekitar tahun 4004 SM. Bahkan seorang gerejawan lain telah mengukur terjadi dan terbentuknya bumi pada tanggal 23 oktober 4004 SM pukul 9 pagi.

2.2   Terciptanya Bumi Menurut Al-Quran
  1. Al-A`raf: 54
“Sesungguhnya Yuhanmu, ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu, lalu Dia menguasai singgasana. Ditutupi-Nya siang dan malam yang mengejarnya dengan tergesa-gesa. Dan matahari dan bulan, dan bintang-bintang. Semua tunduk di bawah pengaturannya. Sesungguhnya kepunyaan-Nya lah swmua ciptaan dan zat. Maha Tinggi Allah Tuhan Semesta Alam”  
  1. Yunus: 3
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu. Kemudian Dia bersemayam di atas singgasana, mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang dapat memberikan pembelaan pada hari kiamat, kecuali setelah ada izin-Nya. Yang mempunyai sifat-sifat demikian, itulah Allah, Tuhanmu! Karena itu sembahlah Dia! Mengapa kamu tidak mengingat?”
  1. Hud: 7
“Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu. Singgasana-Nya sebelum itu ada di atas air. Hal itu untuk menguji kamu, siapa di antaramu yang terbaik pekerjaannya. Demi Allah, jika engkau katakan: `sungguh! Kamu pasti akan dibangkitkan kelak sesudah mati` niscaya orang-orang kafir itu akan menjawab: `Ini adalah nyata-nyata ilmu sihir`
  1. Al-Furqan: 59
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dalam enam satuan waktu. Kemudian ia bertakhta di singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih! Tanyakan hal itu kepada orang yang mengetahui tentang Dia”
            Dari surat-surat tersebut terlihat bahwa, secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Dan melalui proses pemisahan massa tadinya bersatu padu dan disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi.
            Kesemua ayat tersebut di Indonesiakan dari terjemahan Inggris yang diberikan Khatib, dengan catatan bahwa untuk kata yaum yang diterjemahkan oleh Khatib dengan “hari” digunakan “satuan waktu”. Di dalam terjemahan Al-Quran secara lafzhiyah kata ini diterjemahkan dengan “masa”, sedangkan dalam terjemahan Adz-dzikraa tulisan Bachtiar Surin digunakan sebagai padanannya “rangkaian waktu”. Khatib sendiri walaupun menggunakan “day” sebagai “yaum” membuat catatan bahwa yang dimaksud dengan hari itu bukanlah masa sepanjang 24 jam, karena ketika bumi terbentuk hari sepanjang 24 jam itu belum ada. Di dalam Al-Quran juga tercatat dua ayat yang menyatakan bahwa hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang (Quran surat Al Hajj: 47) dan juga setara dengan 50.000 tahun ukuran sekarang (Quran surah Al Ma`aanii:44).

Al-Quran surat Fussilat ayat 9 – 12 menceritakan banwa bumi lebih dahulu diciptakan daripada langit, sebagaimana firman-Nya:

“Katakanlah: `Sesungguhnya patutlah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat demikian) itulah Tuhan alam semesta”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-Nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menuruti penrintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS. Fushshilat:9-12).

Berkata Imam Ibnu Katsir:”Ayat ini menunjukkan bahwa bumi tercipta sebelum langit, karena bumi itu bagaikan pondasi dari sebuah bangunan” (Al-Bidayahwan-Nihayah 1/29). Dan beliau juga berkata dalam Tafsirnya: :Allah menyebutkan banwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi adalah pondasi dan pada dasarnya sesuatu itu diawali dari pondasinya baru kemudian atapnya: (Lihat Hidayatul-Hairan oleh Syaikh Abdul-Karim Al-Humaid halaman 33).

Dan ini pulalah yang dikatakan Ibnu `Abbas radliyallahu `anhu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa terciptanya bumi itu sebelum langit. Berkata Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau (1/89): “Saya tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam masalah ini, kecuali yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari Qatadah” Adapun firman Allah swt:

“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”. (QS.An-Naazi`aat: 27-33).

Maka “Dahakha” bukan menciptakan, karena Allah telah menafsirkan maknanya dalam ayat selanjutnya, bahwa makna dihyah adalah: mengeluarkan air, menumbuhkan tumbuhan, dan lainnya. Jadi proses terjadinya alam semesta adalah Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan langit bersama matahari, bulan, dan bintang-gemintangnya; lalu setelah menyempurnakannya maka Allah mengeluarkan mata air dari bumi dan menumbuhkan tumbuhan serta lainnya. (Lihat Al-Bidayah wan-Nihayah 1/30).
  
2.3   Teori Tentang Usia Bumi
Berdasarkan uraian di atas tentang terciptanya bumi maka beberapa ilmuan dapat memperkirakan usia bumi melalui teori-teori berikut ini:
1.      Teori Sedimen
Pengukuran usia bumi didasarkan atas perhitungan tebal lapisan sedimen yang membentuk batuan. Dengan mengetahui ketebalan lapisan sediment yang terbentuk tiap tahunnya memperbandingkan tebal batuan sediment yang terdapat dibumi sekarang ini, maka dapat dihitung umur lapisan kerak bumi. Berdasarkan perhitungan seperti ini diperkirakan bumi terbentuk 500 juta tahun yang lalu.

2.      Teori kadar garam
Pengukuran usia bumi berdasarkan atas perhitungan kadar garam di laut, diduga bahwa mula-mula laut itu berair tawar. Dengan adanya sirkulasi air dalam ala mini, maka air yang mengalir dari darat melalui sungai ke laut, membawa garam-garam. Keadaan semacam ini berlangsung terus menerus sepanjang abad. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam tiap tahun, yang dibandingkan dengan kadar garam pada saat ini yaitu kurang lebih 320, maka dihasilkan perhitungan bahwa bumi terbentuk 1000 juta tahun yang lalu.

3.      Teori Termal
Pengukuran bumi berdasarkan atas perhitungan suhu bumi. Diduga bahwa bumi mula-mula merupakan batauan yang sangat panas yang lama kelamaan mendingin. Dengan mengetahui massa dan suhu bumi saat ini, maka ahli fisika bangsa inggris yang bernama Elfin memperkirakan bahwa perubahan bumi menjadi batuan yang dingin seperti saat ini dari batuan yang sangat panas pada permulaan memerlukan waktu 20000 juta tahun.

4.      Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia bumi yang dianggap paling benar, ialah berdasarkan waktu peluruan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini diperlukan pengetahuan tentang waktu paroh unsure-unsur radioaktif. Wakto paroh adalah waktu yang dibutuhkan unsure radioaktif untuk seluruh atau mengurai sehingga massanya tinggal separoh. Berdasarkan perhitungan seperti tersebut dapat disimpulkan bahwa usia bumi berkisar 5 sampai 7 ribu juta tahun.
      Kita juga boleh mencatat persamaan banyaknya hari yang disebutkan dalam Alquran maupun kitab kejadian yang digunakan Tuhan semesta alam untuk menciptakan alam raya, yaitu enam hari. Berdasarkan aAlquran surat Ke-22 ayat 47 tercatat bahwa satu hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang. Artinya terjadinya bumi dalam kurun waktu 6 hari kali 1000 tahun.

III. Kesimpulan

            Perkembangan pandangan terciptanya bumi telah menjadi pemikiran manusia sejak berabad-abad lamanya. Ternyata umur bumi lebih tua dari 6000 tahun, Meskipun ada bebarapa pandangan mengenai terciptanya bumi dan pada akhirnya hanya Al-Qur’an menjadi sumber yang dapat dipercaya.
            Adanya persamaan banyaknya “hari” yang disebutkan baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab kejadian yang digunakan Tuhan Semesta Ala mini untuk menciptakan alam raya, yaitu enam hari. hanya saja didalam Al-Qur’an secara implicit dikemukakan didalam dua ayat bahwa yang dimaksud dengan “hari” itu tidak seperti yang dimaksudkan sekarang. Adanya kesamaan antara kitab kejadian dan Al-Qur’an dikarenakan ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan secara bertahap kepada nabi-nabi mulai nabi Adam, Isa, Musa, Ibrahim samapai dengan Nabi Muhammad SAW lengkap dengan al-Qur’annya.
            Setelah kita mengetahui tentang perkembangan terciptanya bumi maka kita sadar bahwa :
  1. Sebagai manusia kita ini kecil sekali dimata Allah
  2. Semua ini ada pangkal dan ada ujungnya untuk membedakan antara sang pencipta dengan yang diciptakan, termasuk juga terciptanya bumi ini.
  3. Umur manusia pendek sekali, dibandingkan dengan umur bumi.


http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/perkembangan-tentang-terciptanya-bumi/
PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG
TERCIPTANYA BUMI

I.       Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh TYME berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Manusia dilengkapi oleh akal pikiran yang selalu tumbuh, berkembang, dan semakin maju sehingga mampu mengenal alam dan lingkungan sekitarnya serta dapat pula menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena alam. Sejak berabad-abad yang lalu, manusia selalu mencoba membuka tabir rahasia pergerakan benda-benda angkasa yang ada disekitar bumi dan akhirnya manusia sampai pada suatu kesimpulan bahwa benda-benda langit tersebut terikat dalam suatu system yang saling mempengaruhi dan system ini disebut tata surya.
            Tata surya disefinisikan sebagai susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari, planet, asteroid, komet, serta meteoroid dengan matahari sebagai pusat tata surya. Planet sudah ditemukan manusia sejak abad ke-3 sebelum masehi, yang artinya “pengembara”. Salah satu planet tersebut adalah BUMI.

II. BUMI
            Bumi terletak pada deretan ke-3 dari matahari dengan jarak rata-rata terhadap matahari sekitar 150 juta km. jarak matahari-bumi ini ditetapkan sebagai satu satuan astronomi. Bumi merupakan planet tempat manias hidup dan berkembang dan satu-satunya planet yang sampai saat ini diketahui mempunyai kehidupan.
Adapun beberapa pendapat tentang bumi, yaitu:
1.      menurut bangsa Babilonia, bumi dianggap sebagai suatu yang berongga, yang ditopang oleh samudra angkasa melengkung di atas bumi, berdiri tegak antara perairan bawah dan perairan atas samudra, yang kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.
2.      sebagian besar bangsa yunani kuno percaya bahwa bumi adalah pusat alam raya, pada sekitar tahun 140 M muncul teori Ptolemaios tentang system tata surya dialam semesta yang didasari oleh konsep geosentrisme, yang beranggapan banha bumi tetap pada tempatnya, sedangkan planet-planet lain mengitarinya.
2.1  Bumi Menurut Kitab Kejadian
Menurut kitab kejadian (Ganesis 1) terciptanya bumi berlangsung selama enam hari. Pada mulanya sewaktu tuhan menciptakan alam raya, bumi tanpa bentuk kosong dan gelap gulita. Pada hari pertama diciptakan siang dan malam. Pada hari kedua diciptakan kubah yang dinamakan angkasa, yang memisahkan air di bawahnya dari air di atasnya. Pada hari ketiga diciptakan daratan dan lautan. Daratan kemudian diperintahkan menghasilkan berbagai jenis tumbuhan yang mengasilkan bebijian dan buah-buahan. Pada hari keempat diciptakan lentera-lentera untuk menerangi bumi. Lentera-lentera itu ialah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Pada hari kelima diciptakan hewan penghuni air seperti ikan dan hewan penghuni udara seperti burung-burung. Pada hari keenam Tuhan menciptakan hewan daratan dan manusia. Kepada manusia tuhan menguasakan pengelolaan ikan, burung, dan satwa piaraan maupun liar. Semua ciptaanNya berpasangan agar dapat berkembang biak. Karena kepada manusia diperintahkan agar mempunyai anak banyak agar mereka menyebar ke seluruh penjuru bumi dan mengelolanya termasuk semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tuhan juga mengatur pembagian makanan  yang diperlukan manusia dan hewan. Lengkaplah alam raya itu tercipta pada hari ke7 dan Tuhanpun berhenti bekerja. Diberkatinya hari ke7 itu dan kekhususkannya sebagai beristirahat bagi manusia.
Jadi dalam kitab kejadian ini secara implicit mengatakan bahwa semua makhluk hidup yang ada di dunia ini sudah tercipta sejak awal alam raya ini diciptakan. Pandangan ini dikukuhkan di dalam sains biologi oleh ilmuan botani Swedia Linne pada tahun 1737 dalam bentuk ajaran kelestarian jenis. Tahun 1658, uskup Agung Henry Ussher dari Armagh Irlandia, bahwa bumi tercipta di sekitar tahun 4004 SM. Bahkan seorang gerejawan lain telah mengukur terjadi dan terbentuknya bumi pada tanggal 23 oktober 4004 SM pukul 9 pagi.

2.2   Terciptanya Bumi Menurut Al-Quran
  1. Al-A`raf: 54
“Sesungguhnya Yuhanmu, ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu, lalu Dia menguasai singgasana. Ditutupi-Nya siang dan malam yang mengejarnya dengan tergesa-gesa. Dan matahari dan bulan, dan bintang-bintang. Semua tunduk di bawah pengaturannya. Sesungguhnya kepunyaan-Nya lah swmua ciptaan dan zat. Maha Tinggi Allah Tuhan Semesta Alam”  
  1. Yunus: 3
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu. Kemudian Dia bersemayam di atas singgasana, mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang dapat memberikan pembelaan pada hari kiamat, kecuali setelah ada izin-Nya. Yang mempunyai sifat-sifat demikian, itulah Allah, Tuhanmu! Karena itu sembahlah Dia! Mengapa kamu tidak mengingat?”
  1. Hud: 7
“Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu. Singgasana-Nya sebelum itu ada di atas air. Hal itu untuk menguji kamu, siapa di antaramu yang terbaik pekerjaannya. Demi Allah, jika engkau katakan: `sungguh! Kamu pasti akan dibangkitkan kelak sesudah mati` niscaya orang-orang kafir itu akan menjawab: `Ini adalah nyata-nyata ilmu sihir`
  1. Al-Furqan: 59
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dalam enam satuan waktu. Kemudian ia bertakhta di singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih! Tanyakan hal itu kepada orang yang mengetahui tentang Dia”
            Dari surat-surat tersebut terlihat bahwa, secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Dan melalui proses pemisahan massa tadinya bersatu padu dan disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi.
            Kesemua ayat tersebut di Indonesiakan dari terjemahan Inggris yang diberikan Khatib, dengan catatan bahwa untuk kata yaum yang diterjemahkan oleh Khatib dengan “hari” digunakan “satuan waktu”. Di dalam terjemahan Al-Quran secara lafzhiyah kata ini diterjemahkan dengan “masa”, sedangkan dalam terjemahan Adz-dzikraa tulisan Bachtiar Surin digunakan sebagai padanannya “rangkaian waktu”. Khatib sendiri walaupun menggunakan “day” sebagai “yaum” membuat catatan bahwa yang dimaksud dengan hari itu bukanlah masa sepanjang 24 jam, karena ketika bumi terbentuk hari sepanjang 24 jam itu belum ada. Di dalam Al-Quran juga tercatat dua ayat yang menyatakan bahwa hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang (Quran surat Al Hajj: 47) dan juga setara dengan 50.000 tahun ukuran sekarang (Quran surah Al Ma`aanii:44).

Al-Quran surat Fussilat ayat 9 – 12 menceritakan banwa bumi lebih dahulu diciptakan daripada langit, sebagaimana firman-Nya:

“Katakanlah: `Sesungguhnya patutlah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat demikian) itulah Tuhan alam semesta”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-Nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menuruti penrintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS. Fushshilat:9-12).

Berkata Imam Ibnu Katsir:”Ayat ini menunjukkan bahwa bumi tercipta sebelum langit, karena bumi itu bagaikan pondasi dari sebuah bangunan” (Al-Bidayahwan-Nihayah 1/29). Dan beliau juga berkata dalam Tafsirnya: :Allah menyebutkan banwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi adalah pondasi dan pada dasarnya sesuatu itu diawali dari pondasinya baru kemudian atapnya: (Lihat Hidayatul-Hairan oleh Syaikh Abdul-Karim Al-Humaid halaman 33).

Dan ini pulalah yang dikatakan Ibnu `Abbas radliyallahu `anhu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa terciptanya bumi itu sebelum langit. Berkata Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau (1/89): “Saya tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam masalah ini, kecuali yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari Qatadah” Adapun firman Allah swt:

“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”. (QS.An-Naazi`aat: 27-33).

Maka “Dahakha” bukan menciptakan, karena Allah telah menafsirkan maknanya dalam ayat selanjutnya, bahwa makna dihyah adalah: mengeluarkan air, menumbuhkan tumbuhan, dan lainnya. Jadi proses terjadinya alam semesta adalah Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan langit bersama matahari, bulan, dan bintang-gemintangnya; lalu setelah menyempurnakannya maka Allah mengeluarkan mata air dari bumi dan menumbuhkan tumbuhan serta lainnya. (Lihat Al-Bidayah wan-Nihayah 1/30).
  
2.3   Teori Tentang Usia Bumi
Berdasarkan uraian di atas tentang terciptanya bumi maka beberapa ilmuan dapat memperkirakan usia bumi melalui teori-teori berikut ini:
1.      Teori Sedimen
Pengukuran usia bumi didasarkan atas perhitungan tebal lapisan sedimen yang membentuk batuan. Dengan mengetahui ketebalan lapisan sediment yang terbentuk tiap tahunnya memperbandingkan tebal batuan sediment yang terdapat dibumi sekarang ini, maka dapat dihitung umur lapisan kerak bumi. Berdasarkan perhitungan seperti ini diperkirakan bumi terbentuk 500 juta tahun yang lalu.

2.      Teori kadar garam
Pengukuran usia bumi berdasarkan atas perhitungan kadar garam di laut, diduga bahwa mula-mula laut itu berair tawar. Dengan adanya sirkulasi air dalam ala mini, maka air yang mengalir dari darat melalui sungai ke laut, membawa garam-garam. Keadaan semacam ini berlangsung terus menerus sepanjang abad. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam tiap tahun, yang dibandingkan dengan kadar garam pada saat ini yaitu kurang lebih 320, maka dihasilkan perhitungan bahwa bumi terbentuk 1000 juta tahun yang lalu.

3.      Teori Termal
Pengukuran bumi berdasarkan atas perhitungan suhu bumi. Diduga bahwa bumi mula-mula merupakan batauan yang sangat panas yang lama kelamaan mendingin. Dengan mengetahui massa dan suhu bumi saat ini, maka ahli fisika bangsa inggris yang bernama Elfin memperkirakan bahwa perubahan bumi menjadi batuan yang dingin seperti saat ini dari batuan yang sangat panas pada permulaan memerlukan waktu 20000 juta tahun.

4.      Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia bumi yang dianggap paling benar, ialah berdasarkan waktu peluruan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini diperlukan pengetahuan tentang waktu paroh unsure-unsur radioaktif. Wakto paroh adalah waktu yang dibutuhkan unsure radioaktif untuk seluruh atau mengurai sehingga massanya tinggal separoh. Berdasarkan perhitungan seperti tersebut dapat disimpulkan bahwa usia bumi berkisar 5 sampai 7 ribu juta tahun.
      Kita juga boleh mencatat persamaan banyaknya hari yang disebutkan dalam Alquran maupun kitab kejadian yang digunakan Tuhan semesta alam untuk menciptakan alam raya, yaitu enam hari. Berdasarkan aAlquran surat Ke-22 ayat 47 tercatat bahwa satu hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang. Artinya terjadinya bumi dalam kurun waktu 6 hari kali 1000 tahun.

III. Kesimpulan

            Perkembangan pandangan terciptanya bumi telah menjadi pemikiran manusia sejak berabad-abad lamanya. Ternyata umur bumi lebih tua dari 6000 tahun, Meskipun ada bebarapa pandangan mengenai terciptanya bumi dan pada akhirnya hanya Al-Qur’an menjadi sumber yang dapat dipercaya.
            Adanya persamaan banyaknya “hari” yang disebutkan baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab kejadian yang digunakan Tuhan Semesta Ala mini untuk menciptakan alam raya, yaitu enam hari. hanya saja didalam Al-Qur’an secara implicit dikemukakan didalam dua ayat bahwa yang dimaksud dengan “hari” itu tidak seperti yang dimaksudkan sekarang. Adanya kesamaan antara kitab kejadian dan Al-Qur’an dikarenakan ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan secara bertahap kepada nabi-nabi mulai nabi Adam, Isa, Musa, Ibrahim samapai dengan Nabi Muhammad SAW lengkap dengan al-Qur’annya.
            Setelah kita mengetahui tentang perkembangan terciptanya bumi maka kita sadar bahwa :
  1. Sebagai manusia kita ini kecil sekali dimata Allah
  2. Semua ini ada pangkal dan ada ujungnya untuk membedakan antara sang pencipta dengan yang diciptakan, termasuk juga terciptanya bumi ini.
  3. Umur manusia pendek sekali, dibandingkan dengan umur bumi.


http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/perkembangan-tentang-terciptanya-bumi/

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by FEBRINA BIDASARI