PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG
TERCIPTANYA BUMI
I.
Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh TYME berbeda dengan makhluk
hidup yang lain. Manusia dilengkapi oleh akal pikiran yang selalu tumbuh,
berkembang, dan semakin maju sehingga mampu mengenal alam dan lingkungan
sekitarnya serta dapat pula menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
fenomena alam. Sejak berabad-abad yang lalu, manusia selalu mencoba membuka
tabir rahasia pergerakan benda-benda angkasa yang ada disekitar bumi dan
akhirnya manusia sampai pada suatu kesimpulan bahwa benda-benda langit tersebut
terikat dalam suatu system yang saling mempengaruhi dan system ini disebut tata
surya.
Tata surya
disefinisikan sebagai susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari,
planet, asteroid, komet, serta meteoroid dengan matahari sebagai pusat tata
surya. Planet sudah ditemukan manusia sejak abad ke-3 sebelum masehi, yang
artinya “pengembara”. Salah satu planet tersebut adalah BUMI.
II. BUMI
Bumi terletak pada
deretan ke-3 dari matahari dengan jarak rata-rata terhadap matahari sekitar 150
juta km. jarak matahari-bumi ini ditetapkan sebagai satu satuan astronomi. Bumi
merupakan planet tempat manias hidup dan berkembang dan satu-satunya planet
yang sampai saat ini diketahui mempunyai kehidupan.
Adapun beberapa pendapat tentang bumi, yaitu:
1.
menurut bangsa Babilonia, bumi
dianggap sebagai suatu yang berongga, yang ditopang oleh samudra angkasa
melengkung di atas bumi, berdiri tegak antara perairan bawah dan perairan atas
samudra, yang kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.
2.
sebagian besar bangsa yunani
kuno percaya bahwa bumi adalah pusat alam raya, pada sekitar tahun 140 M muncul
teori Ptolemaios tentang system tata surya dialam semesta yang didasari oleh
konsep geosentrisme, yang beranggapan banha bumi tetap pada tempatnya,
sedangkan planet-planet lain mengitarinya.
2.1 Bumi Menurut Kitab Kejadian
Menurut kitab kejadian (Ganesis 1) terciptanya bumi
berlangsung selama enam hari. Pada mulanya sewaktu tuhan menciptakan alam raya,
bumi tanpa bentuk kosong dan gelap gulita. Pada hari pertama diciptakan siang
dan malam. Pada hari kedua diciptakan kubah yang dinamakan angkasa, yang
memisahkan air di bawahnya dari air di atasnya. Pada hari ketiga diciptakan
daratan dan lautan. Daratan kemudian diperintahkan menghasilkan berbagai jenis
tumbuhan yang mengasilkan bebijian dan buah-buahan. Pada hari keempat
diciptakan lentera-lentera untuk menerangi bumi. Lentera-lentera itu ialah
matahari, bulan, dan bintang-bintang. Pada hari kelima diciptakan hewan
penghuni air seperti ikan dan hewan penghuni udara seperti burung-burung. Pada
hari keenam Tuhan menciptakan hewan daratan dan manusia. Kepada manusia tuhan
menguasakan pengelolaan ikan, burung, dan satwa piaraan maupun liar. Semua
ciptaanNya berpasangan agar dapat berkembang biak. Karena kepada manusia
diperintahkan agar mempunyai anak banyak agar mereka menyebar ke seluruh
penjuru bumi dan mengelolanya termasuk semua makhluk hidup yang ada di bumi.
Tuhan juga mengatur pembagian makanan
yang diperlukan manusia dan hewan. Lengkaplah alam raya itu tercipta
pada hari ke7 dan Tuhanpun berhenti bekerja. Diberkatinya hari ke7 itu dan
kekhususkannya sebagai beristirahat bagi manusia.
Jadi dalam kitab kejadian ini secara implicit mengatakan
bahwa semua makhluk hidup yang ada di dunia ini sudah tercipta sejak awal alam
raya ini diciptakan. Pandangan ini dikukuhkan di dalam sains biologi oleh
ilmuan botani Swedia Linne pada tahun 1737 dalam bentuk ajaran kelestarian
jenis. Tahun 1658, uskup Agung Henry Ussher dari Armagh Irlandia, bahwa bumi
tercipta di sekitar tahun 4004 SM. Bahkan seorang gerejawan lain telah mengukur
terjadi dan terbentuknya bumi pada tanggal 23 oktober 4004 SM pukul 9 pagi.
2.2 Terciptanya Bumi Menurut Al-Quran
- Al-A`raf: 54
“Sesungguhnya
Yuhanmu, ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan
waktu, lalu Dia menguasai singgasana. Ditutupi-Nya siang dan malam yang
mengejarnya dengan tergesa-gesa. Dan matahari dan bulan, dan bintang-bintang.
Semua tunduk di bawah pengaturannya. Sesungguhnya kepunyaan-Nya lah swmua
ciptaan dan zat. Maha Tinggi Allah Tuhan Semesta Alam”
- Yunus: 3
“Sesungguhnya
Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu.
Kemudian Dia bersemayam di atas singgasana, mengatur segala urusan. Tiada
seorang pun yang dapat memberikan pembelaan pada hari kiamat, kecuali setelah
ada izin-Nya. Yang mempunyai sifat-sifat demikian, itulah Allah, Tuhanmu!
Karena itu sembahlah Dia! Mengapa kamu tidak mengingat?”
- Hud: 7
“Dan dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu. Singgasana-Nya sebelum itu
ada di atas air. Hal itu untuk menguji kamu, siapa di antaramu yang terbaik
pekerjaannya. Demi Allah, jika engkau katakan: `sungguh! Kamu pasti akan
dibangkitkan kelak sesudah mati` niscaya orang-orang kafir itu akan menjawab:
`Ini adalah nyata-nyata ilmu sihir`
- Al-Furqan: 59
“Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dalam enam
satuan waktu. Kemudian ia bertakhta di singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih!
Tanyakan hal itu kepada orang yang mengetahui tentang Dia”
Dari surat-surat
tersebut terlihat bahwa, secara umum proses terciptanya jagat raya ini
berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut
saling berkaitan. Dan melalui proses pemisahan massa tadinya bersatu padu dan disebutkan
pula tentang lebih dari satu langit dan bumi.
Kesemua ayat
tersebut di Indonesiakan dari terjemahan Inggris yang diberikan Khatib, dengan
catatan bahwa untuk kata yaum yang
diterjemahkan oleh Khatib dengan “hari” digunakan “satuan waktu”. Di dalam
terjemahan Al-Quran secara lafzhiyah kata ini diterjemahkan dengan “masa”,
sedangkan dalam terjemahan Adz-dzikraa tulisan Bachtiar Surin digunakan sebagai
padanannya “rangkaian waktu”. Khatib sendiri walaupun menggunakan “day” sebagai
“yaum” membuat catatan bahwa yang dimaksud dengan hari itu bukanlah masa
sepanjang 24 jam, karena ketika bumi terbentuk hari sepanjang 24 jam itu belum
ada. Di dalam Al-Quran juga tercatat dua ayat yang menyatakan bahwa hari itu
setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang (Quran surat Al Hajj: 47) dan juga setara dengan
50.000 tahun ukuran sekarang (Quran surah Al Ma`aanii:44).
Al-Quran surat
Fussilat ayat 9 – 12 menceritakan banwa bumi lebih dahulu diciptakan daripada
langit, sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah: `Sesungguhnya
patutlah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat demikian) itulah Tuhan alam semesta”.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-Nya
dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menuruti penrintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui (QS. Fushshilat:9-12).
Berkata Imam Ibnu Katsir:”Ayat
ini menunjukkan bahwa bumi tercipta sebelum langit, karena bumi itu bagaikan
pondasi dari sebuah bangunan” (Al-Bidayahwan-Nihayah 1/29). Dan beliau juga
berkata dalam Tafsirnya: :Allah menyebutkan banwa Dia menciptakan bumi terlebih
dahulu, karena bumi adalah pondasi dan pada dasarnya sesuatu itu diawali dari
pondasinya baru kemudian atapnya: (Lihat Hidayatul-Hairan oleh Syaikh
Abdul-Karim Al-Humaid halaman 33).
Dan ini pulalah yang dikatakan Ibnu `Abbas radliyallahu `anhu
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa terciptanya bumi itu sebelum
langit. Berkata Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau (1/89): “Saya tidak mengetahui adanya perbedaan
pendapat dalam masalah ini, kecuali yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari
Qatadah” Adapun firman Allah swt:
“Apakah kamu yang lebih
sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita
dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan. Ia
memancarkan daripadanya mata airnya, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, dan
gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu”. (QS.An-Naazi`aat: 27-33).
Maka “Dahakha” bukan menciptakan,
karena Allah telah menafsirkan maknanya dalam ayat selanjutnya, bahwa makna dihyah adalah: mengeluarkan air,
menumbuhkan tumbuhan, dan lainnya. Jadi proses terjadinya alam semesta adalah
Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan langit bersama matahari, bulan, dan
bintang-gemintangnya; lalu setelah menyempurnakannya maka Allah mengeluarkan
mata air dari bumi dan menumbuhkan tumbuhan serta lainnya. (Lihat Al-Bidayah
wan-Nihayah 1/30).
2.3 Teori Tentang Usia Bumi
Berdasarkan uraian di atas tentang terciptanya bumi maka
beberapa ilmuan dapat memperkirakan usia bumi melalui teori-teori berikut ini:
1.
Teori Sedimen
Pengukuran usia bumi didasarkan atas perhitungan tebal
lapisan sedimen yang membentuk batuan. Dengan mengetahui ketebalan lapisan
sediment yang terbentuk tiap tahunnya memperbandingkan tebal batuan sediment
yang terdapat dibumi sekarang ini, maka dapat dihitung umur lapisan kerak bumi.
Berdasarkan perhitungan seperti ini diperkirakan bumi terbentuk 500 juta tahun
yang lalu.
2.
Teori kadar garam
Pengukuran usia bumi berdasarkan atas perhitungan kadar
garam di laut, diduga bahwa mula-mula laut itu berair tawar. Dengan adanya
sirkulasi air dalam ala mini, maka air yang mengalir dari darat melalui sungai
ke laut, membawa garam-garam. Keadaan semacam ini berlangsung terus menerus
sepanjang abad. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam tiap tahun, yang
dibandingkan dengan kadar garam pada saat ini yaitu kurang lebih 320, maka
dihasilkan perhitungan bahwa bumi terbentuk 1000 juta tahun yang lalu.
3.
Teori Termal
Pengukuran bumi berdasarkan atas perhitungan suhu bumi.
Diduga bahwa bumi mula-mula merupakan batauan yang sangat panas yang lama
kelamaan mendingin. Dengan mengetahui massa dan suhu bumi saat ini, maka ahli
fisika bangsa inggris yang bernama Elfin memperkirakan bahwa perubahan bumi
menjadi batuan yang dingin seperti saat ini dari batuan yang sangat panas pada
permulaan memerlukan waktu 20000 juta tahun.
4.
Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia bumi yang dianggap paling benar, ialah berdasarkan
waktu peluruan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini diperlukan
pengetahuan tentang waktu paroh unsure-unsur radioaktif. Wakto paroh adalah
waktu yang dibutuhkan unsure radioaktif untuk seluruh atau mengurai sehingga
massanya tinggal separoh. Berdasarkan perhitungan seperti tersebut dapat
disimpulkan bahwa usia bumi berkisar 5 sampai 7 ribu juta tahun.
Kita juga
boleh mencatat persamaan banyaknya hari yang disebutkan dalam Alquran maupun
kitab kejadian yang digunakan Tuhan semesta alam untuk menciptakan alam raya,
yaitu enam hari. Berdasarkan aAlquran surat
Ke-22 ayat 47 tercatat bahwa satu hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran
sekarang. Artinya terjadinya bumi dalam kurun waktu 6 hari kali 1000 tahun.
III. Kesimpulan
Perkembangan
pandangan terciptanya bumi telah menjadi pemikiran manusia sejak berabad-abad
lamanya. Ternyata umur bumi lebih tua dari 6000 tahun, Meskipun ada bebarapa
pandangan mengenai terciptanya bumi dan pada akhirnya hanya Al-Qur’an menjadi
sumber yang dapat dipercaya.
Adanya persamaan
banyaknya “hari” yang disebutkan baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab
kejadian yang digunakan Tuhan Semesta
Ala mini untuk menciptakan alam
raya, yaitu enam hari. hanya saja didalam Al-Qur’an secara implicit dikemukakan
didalam dua ayat bahwa yang dimaksud dengan “hari” itu tidak seperti yang
dimaksudkan sekarang. Adanya kesamaan antara kitab kejadian dan Al-Qur’an
dikarenakan ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan secara bertahap kepada nabi-nabi
mulai nabi Adam, Isa, Musa, Ibrahim samapai dengan Nabi Muhammad SAW lengkap dengan
al-Qur’annya.
Setelah kita mengetahui tentang
perkembangan terciptanya bumi maka kita sadar bahwa :
- Sebagai manusia kita ini kecil sekali dimata Allah
- Semua ini ada pangkal dan ada ujungnya untuk membedakan antara sang pencipta dengan yang diciptakan, termasuk juga terciptanya bumi ini.
- Umur manusia pendek sekali, dibandingkan dengan umur bumi.
http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/perkembangan-tentang-terciptanya-bumi/
PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG
TERCIPTANYA BUMI
I.
Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh TYME berbeda dengan makhluk
hidup yang lain. Manusia dilengkapi oleh akal pikiran yang selalu tumbuh,
berkembang, dan semakin maju sehingga mampu mengenal alam dan lingkungan
sekitarnya serta dapat pula menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
fenomena alam. Sejak berabad-abad yang lalu, manusia selalu mencoba membuka
tabir rahasia pergerakan benda-benda angkasa yang ada disekitar bumi dan
akhirnya manusia sampai pada suatu kesimpulan bahwa benda-benda langit tersebut
terikat dalam suatu system yang saling mempengaruhi dan system ini disebut tata
surya.
Tata surya
disefinisikan sebagai susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari,
planet, asteroid, komet, serta meteoroid dengan matahari sebagai pusat tata
surya. Planet sudah ditemukan manusia sejak abad ke-3 sebelum masehi, yang
artinya “pengembara”. Salah satu planet tersebut adalah BUMI.
II. BUMI
Bumi terletak pada
deretan ke-3 dari matahari dengan jarak rata-rata terhadap matahari sekitar 150
juta km. jarak matahari-bumi ini ditetapkan sebagai satu satuan astronomi. Bumi
merupakan planet tempat manias hidup dan berkembang dan satu-satunya planet
yang sampai saat ini diketahui mempunyai kehidupan.
Adapun beberapa pendapat tentang bumi, yaitu:
1.
menurut bangsa Babilonia, bumi
dianggap sebagai suatu yang berongga, yang ditopang oleh samudra angkasa
melengkung di atas bumi, berdiri tegak antara perairan bawah dan perairan atas
samudra, yang kadang-kadang turun ke bumi berupa hujan.
2.
sebagian besar bangsa yunani
kuno percaya bahwa bumi adalah pusat alam raya, pada sekitar tahun 140 M muncul
teori Ptolemaios tentang system tata surya dialam semesta yang didasari oleh
konsep geosentrisme, yang beranggapan banha bumi tetap pada tempatnya,
sedangkan planet-planet lain mengitarinya.
2.1 Bumi Menurut Kitab Kejadian
Menurut kitab kejadian (Ganesis 1) terciptanya bumi
berlangsung selama enam hari. Pada mulanya sewaktu tuhan menciptakan alam raya,
bumi tanpa bentuk kosong dan gelap gulita. Pada hari pertama diciptakan siang
dan malam. Pada hari kedua diciptakan kubah yang dinamakan angkasa, yang
memisahkan air di bawahnya dari air di atasnya. Pada hari ketiga diciptakan
daratan dan lautan. Daratan kemudian diperintahkan menghasilkan berbagai jenis
tumbuhan yang mengasilkan bebijian dan buah-buahan. Pada hari keempat
diciptakan lentera-lentera untuk menerangi bumi. Lentera-lentera itu ialah
matahari, bulan, dan bintang-bintang. Pada hari kelima diciptakan hewan
penghuni air seperti ikan dan hewan penghuni udara seperti burung-burung. Pada
hari keenam Tuhan menciptakan hewan daratan dan manusia. Kepada manusia tuhan
menguasakan pengelolaan ikan, burung, dan satwa piaraan maupun liar. Semua
ciptaanNya berpasangan agar dapat berkembang biak. Karena kepada manusia
diperintahkan agar mempunyai anak banyak agar mereka menyebar ke seluruh
penjuru bumi dan mengelolanya termasuk semua makhluk hidup yang ada di bumi.
Tuhan juga mengatur pembagian makanan
yang diperlukan manusia dan hewan. Lengkaplah alam raya itu tercipta
pada hari ke7 dan Tuhanpun berhenti bekerja. Diberkatinya hari ke7 itu dan
kekhususkannya sebagai beristirahat bagi manusia.
Jadi dalam kitab kejadian ini secara implicit mengatakan
bahwa semua makhluk hidup yang ada di dunia ini sudah tercipta sejak awal alam
raya ini diciptakan. Pandangan ini dikukuhkan di dalam sains biologi oleh
ilmuan botani Swedia Linne pada tahun 1737 dalam bentuk ajaran kelestarian
jenis. Tahun 1658, uskup Agung Henry Ussher dari Armagh Irlandia, bahwa bumi
tercipta di sekitar tahun 4004 SM. Bahkan seorang gerejawan lain telah mengukur
terjadi dan terbentuknya bumi pada tanggal 23 oktober 4004 SM pukul 9 pagi.
2.2 Terciptanya Bumi Menurut Al-Quran
- Al-A`raf: 54
“Sesungguhnya
Yuhanmu, ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan
waktu, lalu Dia menguasai singgasana. Ditutupi-Nya siang dan malam yang
mengejarnya dengan tergesa-gesa. Dan matahari dan bulan, dan bintang-bintang.
Semua tunduk di bawah pengaturannya. Sesungguhnya kepunyaan-Nya lah swmua
ciptaan dan zat. Maha Tinggi Allah Tuhan Semesta Alam”
- Yunus: 3
“Sesungguhnya
Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu.
Kemudian Dia bersemayam di atas singgasana, mengatur segala urusan. Tiada
seorang pun yang dapat memberikan pembelaan pada hari kiamat, kecuali setelah
ada izin-Nya. Yang mempunyai sifat-sifat demikian, itulah Allah, Tuhanmu!
Karena itu sembahlah Dia! Mengapa kamu tidak mengingat?”
- Hud: 7
“Dan dialah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan waktu. Singgasana-Nya sebelum itu
ada di atas air. Hal itu untuk menguji kamu, siapa di antaramu yang terbaik
pekerjaannya. Demi Allah, jika engkau katakan: `sungguh! Kamu pasti akan
dibangkitkan kelak sesudah mati` niscaya orang-orang kafir itu akan menjawab:
`Ini adalah nyata-nyata ilmu sihir`
- Al-Furqan: 59
“Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dalam enam
satuan waktu. Kemudian ia bertakhta di singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih!
Tanyakan hal itu kepada orang yang mengetahui tentang Dia”
Dari surat-surat
tersebut terlihat bahwa, secara umum proses terciptanya jagat raya ini
berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut
saling berkaitan. Dan melalui proses pemisahan massa tadinya bersatu padu dan disebutkan
pula tentang lebih dari satu langit dan bumi.
Kesemua ayat
tersebut di Indonesiakan dari terjemahan Inggris yang diberikan Khatib, dengan
catatan bahwa untuk kata yaum yang
diterjemahkan oleh Khatib dengan “hari” digunakan “satuan waktu”. Di dalam
terjemahan Al-Quran secara lafzhiyah kata ini diterjemahkan dengan “masa”,
sedangkan dalam terjemahan Adz-dzikraa tulisan Bachtiar Surin digunakan sebagai
padanannya “rangkaian waktu”. Khatib sendiri walaupun menggunakan “day” sebagai
“yaum” membuat catatan bahwa yang dimaksud dengan hari itu bukanlah masa
sepanjang 24 jam, karena ketika bumi terbentuk hari sepanjang 24 jam itu belum
ada. Di dalam Al-Quran juga tercatat dua ayat yang menyatakan bahwa hari itu
setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang (Quran surat Al Hajj: 47) dan juga setara dengan
50.000 tahun ukuran sekarang (Quran surah Al Ma`aanii:44).
Al-Quran surat
Fussilat ayat 9 – 12 menceritakan banwa bumi lebih dahulu diciptakan daripada
langit, sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah: `Sesungguhnya
patutlah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat demikian) itulah Tuhan alam semesta”.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-Nya
dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menuruti penrintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui (QS. Fushshilat:9-12).
Berkata Imam Ibnu Katsir:”Ayat
ini menunjukkan bahwa bumi tercipta sebelum langit, karena bumi itu bagaikan
pondasi dari sebuah bangunan” (Al-Bidayahwan-Nihayah 1/29). Dan beliau juga
berkata dalam Tafsirnya: :Allah menyebutkan banwa Dia menciptakan bumi terlebih
dahulu, karena bumi adalah pondasi dan pada dasarnya sesuatu itu diawali dari
pondasinya baru kemudian atapnya: (Lihat Hidayatul-Hairan oleh Syaikh
Abdul-Karim Al-Humaid halaman 33).
Dan ini pulalah yang dikatakan Ibnu `Abbas radliyallahu `anhu
sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa terciptanya bumi itu sebelum
langit. Berkata Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau (1/89): “Saya tidak mengetahui adanya perbedaan
pendapat dalam masalah ini, kecuali yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari
Qatadah” Adapun firman Allah swt:
“Apakah kamu yang lebih
sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita
dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan. Ia
memancarkan daripadanya mata airnya, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, dan
gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu”. (QS.An-Naazi`aat: 27-33).
Maka “Dahakha” bukan menciptakan,
karena Allah telah menafsirkan maknanya dalam ayat selanjutnya, bahwa makna dihyah adalah: mengeluarkan air,
menumbuhkan tumbuhan, dan lainnya. Jadi proses terjadinya alam semesta adalah
Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan langit bersama matahari, bulan, dan
bintang-gemintangnya; lalu setelah menyempurnakannya maka Allah mengeluarkan
mata air dari bumi dan menumbuhkan tumbuhan serta lainnya. (Lihat Al-Bidayah
wan-Nihayah 1/30).
2.3 Teori Tentang Usia Bumi
Berdasarkan uraian di atas tentang terciptanya bumi maka
beberapa ilmuan dapat memperkirakan usia bumi melalui teori-teori berikut ini:
1.
Teori Sedimen
Pengukuran usia bumi didasarkan atas perhitungan tebal
lapisan sedimen yang membentuk batuan. Dengan mengetahui ketebalan lapisan
sediment yang terbentuk tiap tahunnya memperbandingkan tebal batuan sediment
yang terdapat dibumi sekarang ini, maka dapat dihitung umur lapisan kerak bumi.
Berdasarkan perhitungan seperti ini diperkirakan bumi terbentuk 500 juta tahun
yang lalu.
2.
Teori kadar garam
Pengukuran usia bumi berdasarkan atas perhitungan kadar
garam di laut, diduga bahwa mula-mula laut itu berair tawar. Dengan adanya
sirkulasi air dalam ala mini, maka air yang mengalir dari darat melalui sungai
ke laut, membawa garam-garam. Keadaan semacam ini berlangsung terus menerus
sepanjang abad. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam tiap tahun, yang
dibandingkan dengan kadar garam pada saat ini yaitu kurang lebih 320, maka
dihasilkan perhitungan bahwa bumi terbentuk 1000 juta tahun yang lalu.
3.
Teori Termal
Pengukuran bumi berdasarkan atas perhitungan suhu bumi.
Diduga bahwa bumi mula-mula merupakan batauan yang sangat panas yang lama
kelamaan mendingin. Dengan mengetahui massa dan suhu bumi saat ini, maka ahli
fisika bangsa inggris yang bernama Elfin memperkirakan bahwa perubahan bumi
menjadi batuan yang dingin seperti saat ini dari batuan yang sangat panas pada
permulaan memerlukan waktu 20000 juta tahun.
4.
Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia bumi yang dianggap paling benar, ialah berdasarkan
waktu peluruan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini diperlukan
pengetahuan tentang waktu paroh unsure-unsur radioaktif. Wakto paroh adalah
waktu yang dibutuhkan unsure radioaktif untuk seluruh atau mengurai sehingga
massanya tinggal separoh. Berdasarkan perhitungan seperti tersebut dapat
disimpulkan bahwa usia bumi berkisar 5 sampai 7 ribu juta tahun.
Kita juga
boleh mencatat persamaan banyaknya hari yang disebutkan dalam Alquran maupun
kitab kejadian yang digunakan Tuhan semesta alam untuk menciptakan alam raya,
yaitu enam hari. Berdasarkan aAlquran surat
Ke-22 ayat 47 tercatat bahwa satu hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran
sekarang. Artinya terjadinya bumi dalam kurun waktu 6 hari kali 1000 tahun.
III. Kesimpulan
Perkembangan
pandangan terciptanya bumi telah menjadi pemikiran manusia sejak berabad-abad
lamanya. Ternyata umur bumi lebih tua dari 6000 tahun, Meskipun ada bebarapa
pandangan mengenai terciptanya bumi dan pada akhirnya hanya Al-Qur’an menjadi
sumber yang dapat dipercaya.
Adanya persamaan
banyaknya “hari” yang disebutkan baik di dalam Al-Qur’an maupun dalam kitab
kejadian yang digunakan Tuhan Semesta
Ala mini untuk menciptakan alam
raya, yaitu enam hari. hanya saja didalam Al-Qur’an secara implicit dikemukakan
didalam dua ayat bahwa yang dimaksud dengan “hari” itu tidak seperti yang
dimaksudkan sekarang. Adanya kesamaan antara kitab kejadian dan Al-Qur’an
dikarenakan ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan secara bertahap kepada nabi-nabi
mulai nabi Adam, Isa, Musa, Ibrahim samapai dengan Nabi Muhammad SAW lengkap dengan
al-Qur’annya.
Setelah kita mengetahui tentang
perkembangan terciptanya bumi maka kita sadar bahwa :
- Sebagai manusia kita ini kecil sekali dimata Allah
- Semua ini ada pangkal dan ada ujungnya untuk membedakan antara sang pencipta dengan yang diciptakan, termasuk juga terciptanya bumi ini.
- Umur manusia pendek sekali, dibandingkan dengan umur bumi.
http://bambangriyantomath.wordpress.com/2009/05/29/perkembangan-tentang-terciptanya-bumi/
0 komentar:
Posting Komentar