Selasa, 08 November 2011

MATERIAL DAN DISPLAY PENGAJARAN


MATERIAL DAN DISPLAY PENGAJARAN
PUSAT BELAJAR ( Learning Center ) merupakan lingkungan yang lengkap yang dirancang untuk meningkatkan belajar individu atau kelompok kecil yang fokus pada topik spesifik. Pusat belajar seharusnya mendorong partisipasi aktif ketimbang menyuruh para siswa duduk manis dan membaca buku atau membaca teks di layar komputer. Sebagian besar pusat belajar memberikan umpan balik kepada kegiatan siswa melalui kegiatan terindividualisasi. Kegiatan tersebut cenderung dirancang untuk digunakan oleh individu tetapi, mereka bisa dirancang untuk kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang.

TEORI GESTALT


TEORI GESTALT

A. PENGERTIAN GESTALT
Aliran Gestalt muncul sekitar tahun 1880 – 1843.Gestalt berasal dari bahasa Jermanyang mempunyai padanan arti sebagai   “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang.(Hana Panggabean, Phil. 2008).

pembelajaran matematika berdasarkan filosofi konstruktivisme


pembelajaran matematika berdasarkan filosofi konstruktivisme

1.Pembelajaran Menurut Filsafat Konstruktivisme

Belajar merupakan proses perubahan, perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat diambil beberapa elemen penting yang terdapat di dalamnya.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)


PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)



1.        PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Arends (dalam Supinah dan Sutanti, 2010) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah. Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan Problem Based Learning (PBL) adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa di mana siswa mengelaborasikan pemecahan masalah dengan pengalaman sehari-hari (en.wikipedia.org).

UAS Desain Pembelajaran Matematika


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN 2010/2011

Mata Kuliah               : Desain Pembelajaran Matematika
Program Studi/Strata: Program Studi Pendidikan Matematika/S2
Dosen Penguji            : Dr. Rusdy A. Sroj, M.Pd.   
Waktu                         : 100 menit
Sifat Ujian                  : Open book

Nama                          : Febrina Bidasari
Nim                             : 20102512018

========================================= ========================                             
Jawaban Ujian Akhir Semester
A.    Guru yang propfesional merupakan salah satu komponen dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas baik.
1.      Salah satu ciri guru yang professional itu adalah menguasai bidang pedgogi. Jelaskan hubungan antara penguasaan bidang pedagogi  dan matakuliah Desain Pembelajaran Matematika (penjelasan disertai dengan contoh)

TAHAP-TAHAP BELAJAR DARI JEROME BRUNER


TAHAP-TAHAP BELAJAR DARI JEROME BRUNER


A.      TEORI BELAJAR BRUNER
Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan.
Bruner membagi dunia anak kedalam tahap yang berurutan, yaitu :

Senin, 07 November 2011

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
1.      PENGERTIAN DAN TUJUAN KONSTRUKTIVISME
Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak: skemata) yang baru.  Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau ……pengetahuan secara aktif dan terus-menerus (Suparno, 1997).

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI PALEMBANG


PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI PALEMBANG

A.    LATAR BELAKANG
Menurut Depdiknas (2006:346) salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Dalam menanamkan konsep-konsep matematika tidak hanya menekankan bahwa konsep itu merupakan aturan yang tidak harus dihafal, tapi perlu tahu dari mana rumus itu dikonstruksi.

PROBLEMATIKA SEKOLAH RSBI DITINJAU DARI LANDASAN HUKUM


PROBLEMATIKA SEKOLAH RSBI  DITINJAU DARI LANDASAN HUKUM


MAKALAH
TUGAS INDIVIDU DALAM MATA KULIAH
LANDASAN DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN



OLEH:
FEBRINA BIDASARI
(20102512018)


DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. M. Djahir Basir, M.Pd
Dr. Rusdy A. Siroj, M. Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

A.    PENDAHULUAN
Ketertinggalan di berbagai bidang di era globalisasi dibandingkan negara-negara tetangga rupanya menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk memiliki standar internasional. Sektor pendidikan termasuk yang didorong untuk berstandar internasional. Dorongan itu bahkan dicantumkan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi, “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Jumat, 04 November 2011

TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP MASA DEPAN UMAT MANUSIA


TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP MASA DEPAN UMAT MANUSIA

I.                   PENDAHULUAN
Bumi adalah salah satu planet tata surya yang sampai sekarang diakui memiliki bentuk-bentuk kehidupan terlengkap. Mahkluk di bumi yang paling sempurna adalah manusia, karena kemampuan berpikir dan bernalar itu pula yang membuat manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam sekitar kita. Akan tetapi sering pula kita temukan dan terapkan agar mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari teknologi yang kita hasilkan itu menimbulkan pengaruh sampingan yang menimbulkan kemudaratan.

PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG TERCIPTANYA BUMI


PERKEMBANGAN PANDANGAN TENTANG
TERCIPTANYA BUMI

I.       Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh TYME berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Manusia dilengkapi oleh akal pikiran yang selalu tumbuh, berkembang, dan semakin maju sehingga mampu mengenal alam dan lingkungan sekitarnya serta dapat pula menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena alam. Sejak berabad-abad yang lalu, manusia selalu mencoba membuka tabir rahasia pergerakan benda-benda angkasa yang ada disekitar bumi dan akhirnya manusia sampai pada suatu kesimpulan bahwa benda-benda langit tersebut terikat dalam suatu system yang saling mempengaruhi dan system ini disebut tata surya.
            Tata surya disefinisikan sebagai susunan benda-benda langit yang terdiri dari matahari, planet, asteroid, komet, serta meteoroid dengan matahari sebagai pusat tata surya. Planet sudah ditemukan manusia sejak abad ke-3 sebelum masehi, yang artinya “pengembara”. Salah satu planet tersebut adalah BUMI.

PERTUMBUHAN, PERGANTIAN DAN PENYERAPAN TEORI



PERTUMBUHAN, PERGANTIAN DAN PENYERAPAN TEORI

I           PENDAHULUAN
            Ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan perkembangan pola fikir dan kebutuhan manusia. Perkembangan ilmu memacu kreatifitas berfikir yang nantinya diharapkan akan menghasilkan suatu hukum dasar yang bisa dijadikan acuan untuk menjelaskan suatu hipotesa atau suatu kejadian baru.
Dalam proses keilmuan, paradigma keilmuan memegang peranan yang penting. Fungsi paradigma ilmu adalah memberikan kerangka, mengarahkan bahkan menguji konsistensi dari proses keilmuan. Yang sering disebut dengan kerangka teori. “Paradigma ilmu lahir dari akumulasi teori-teori yang saling mendukung dan saling menyempurnakan serta menjadi satu kebulatan dan sebuah konsistensi yang utuh sebaliknya dari suatu paradigma ilmu dapat dilahirkan teori-teori baru berdasarkan temuan dari para ilmuan” (Muslih, 2004:91).

Perkembangan Pemikiran Tentang Pembentukan Alam Semesta


Perkembangan Pemikiran Tentang Pembentukan Alam Semesta

 A.  TEORI TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
1.                  Pandangan para ahli tentang terbentuknya alam semesta:
a.       Menurut orang Yunani Kuno
Orang Yunani pada zaman dahulu mengira bahwa langit itu sangat dekat dengan bumi, dan bumi sangat kecil dibandingkan dengan langit. Mereka mengira bumi diatur oleh Dewa, seperti Dewa Helios (Dewa Matahari) dan Dewa Zeus (Dewa Hujan dan Guntur).
b.      Menurut Aristoteles
Seorang filsafat yang hidup sekitar 300 SM yang menerangkan bahwa peredaran Bulan, Venus, Mars dan planet-planet lain. Aristoteles berpendapat bahwa Matahari, planet dan bintang-bintang semua beredar mengelilingi Bumi.
c.       Menurut Ptolomeus
Seorang ahli filsafat bangsa Yunani yang hidup 100 tahun setelah Aristoteles, Ptolomeus sampan menyusun teori baru mengenai cakrawala yang juga disebut Kosmos. Teorinya : benda-benda langit itu semua mengelilingi bumi. Teori ini disebut teori Geo Sentris.
d.      Menurut Copernicus
Lahir di Toum-Polandia (1473-1543) anak seorang Uskup Katolik. Teorinya bahwa hanya bulan saja yang betul-betul mengelilingi bumi, sedangkan planet-planet lain tidak, tetapi semuanya mengelilingi Matahari.
e.       Menurut Galileo Galilei
Hidup pada zaman setelah ditemukan Teleskop, tanggal 7 Januari 1610 dengan menggunakan teleskop menemukan Jupiter. Bukan hanya sebuah titik cahaya kecil, melainkan berupa sebuah bola besar dengan empat buah pengiringnya, dia juga membenarkan teori Copernicus.

f.       Pandangan Masyarakat Modern
Dahulu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul alam semesta disebut Kosmogoni, sekarang oleh para ahli astronomi modern, kosmogoni yang mempelajari asal-usul dan evolusi alam semesta diperluas meliputi isi alam semesta dan organisasinya.
      Melalui Kosmologi yang telah maju, dikemukakan teori-teori terjadinya alam semesta, dimana teori-teori itu dapat dikelompokkan menjadi tiga teori utama. Tahun 1940 diterangkan terjadinya alam semesta telah menggunakan asas yang sama bahwa alam semesta memuai.

ilmu dan Agama


ILMU DAN AGAMA

1.         PENDAHULUAN
Perkembangan selama ini menunjukkan bahwa sains didominasi oleh aliran positivisme, sebuah aliran yang sangat menuhankan metode ilmiah dengan menempatkan asumsi-asumsi metafisis, aksiologis dan epistemologis. Menurut aliran ini, sains mempunyai reputasi tinggi untuk menentukan kebenaran, sains merupakan ”dewa” dalam beragam tindakan (sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain). Agama hanyalah merupakan hiasan belaka ketika tidak sesuai dengan sains, begitu kira-kira kata penganut aliran positivisme.
Menurut sains, kebenaran adalah sesuatu yang empiris, logis, konsisten, dan dapat diverifikasi. Sains menempatkan kebenaran pada sesuatu yang bisa terjangkau oleh indra. Sedangkan agama menempatkan kebenaran tidak hanya meliputi hal-hal yang terjangkau oleh indra tetapi juga yang bersifat non indrawi. Sesuatu yang datangnya dari Tuhan harus diterima dengan keyakinan, kebenaran di sini akan menjadi rujukan bagi kebenaran-kebenaran yang lain. Sains dan agama berbeda, karena mungkin mereka berbeda paradigma

ASPEK ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU


ASPEK ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU

1. DEFINISI
Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) terhadap obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji/diverifikasi kebenarannya. Ilmu  Pengetahuan tidak hanya satu, melainkan banyak (plural) bersifat terbuka (dapat dikritik) berkaitan dalam memecahkan masalah.
Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat Ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran ilmu tertentu. Filsafat ilmu Pengetahuan disebut juga Kritik Ilmu, karena historis kelahirannya disebabkan oleh rasionalisasi dan otonomisasi dalam mengeritik dogma-dogma dan tahayul

2. MEMBANGUN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN TERTENTU
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontologi, epistemologi dan aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau intisari atau dasar atau kenyataan yang benar dari ilmu tersebut.
Aspek ontologi menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?. Aspek epistimologis; berusaha menjawab bagaimana proses yang memungkinkan di diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/tehnik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?. Sedang aspek aksiologi; aspek ini akan menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/professional?
Jadi dengan mengetahui jawaban-jawaban dari ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu, seni dan agama serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar maka bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan kegunaanya secara maksimal namun kadang kita salah dalam menggunakannya. Misalnya, apabila ilmu di kacaukan dengan seni atau ilmu dikonfrontasikan dengan agama.
Contohnya :
Membangun Filsafat Ilmu Teknik perlu menelusuri dari aspek :
ontologi eksistensi (keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-ilmu keteknikan.
Epistemologi metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu keteknikan
Aksiologi manfaat dari ilmu-ilmu keteknikan.




3. ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
 Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens Bagus; ontology menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal dan paling menyeluruh..
1.      Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.
2.      Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
a.       Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b.      Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c.       Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d.      Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e.       Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik)
f.       Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g.      Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Contoh : aspek ontologi pada ilmu matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a.       Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b.      Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c.       Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan
d.      Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
e.       Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f.       Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma
g.      Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja

PENUTUP
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ontologi mempelajari tentang objek apa yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan hubungannya dengan daya tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan . Pembahasan ontology tidak mencakup pada proses, prosedur dan manfaat dari suatu objek yang ditelaah ilmu, tetapi lebih kepada perwujudannya.
Telaah matematika secara ontologi menunjukkan bahwa matematika bersifat metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal dan universal. Hal berarti bahwa matematika telah memenuhi aspek ontologi dalam filsafat ilmu, selanjutnya matematika perlu ditelaah secara epistemologi dan aksiologi.

KESIMPULAN HASIL DISKUSI
1.      Apakah ada pertentangan antara ilmu dan agama?
Tidak ada pertentangan antara ilmu dan agama, tetapi karena agama berasal dari keyakinan (tidak membutuhkan pembuktian) maka sebagian pemahaman agama tidak mampu dijangkau oleh ilmu yang berasal dari akal yang mengharuskan adanya suatu pembuktian secara ilmiah.  Pembuktian ilmiah adalah pembuktian yang dapat diterima akal, sedangkan jangkauan akal manusia sangat terbatas untuk memahami ilmu Allah yang tidak terbatas. Akibatnya, yang terjadi adalah ketika manusia tidak mampu memahami sesuatu dengan akalnya maka manusia pun tidak menyakini kebenarannya padahal untuk memahami ilmu Allah (agama) tidak hanya dibutuhkan akal melainkan juga keyakinan. Contoh: Teori Darwin menyatakan bahwa manusia berasal dari kera, hal ini didukung oleh adanya penemuan-penemuan berupa kerangka tulang(tengkorak) yang menunjukkan adalah evolusi wujud kera ke wujud manusia. Tetapi keyakinan (terutama pada umat islam) bahwa manusia diciptakan oleh Allah dalam wujudnya yang sempurna dan bukan berasal dari kera tidak sependapat Darwin.



2.      Apakah matematika termasuk ilmu?
Matematika bukanlah suatu ilmu melainkan suatu olah/cara berpikir logis, kritis dan sistematis. Matematika terdapat pada hampir semua ilmu pengetahuan, artinya ilmu pengetahuan membutuhkan matematika sama halnya seperti bahasa.


REFERENSI
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan). Jakarta : Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun. 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer.  Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

dasar-dasar pengetahuan


DASAR-DASAR  PENGETAHUAN

PENGETAHUAN
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Karena itu pengetahuan menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya.

MANUSIA
Mahluk hidup ciptaan Tuhan  yang paling sempurna dibandingkan mahluk hidup  yg lain (hewan dan tumbuhan).

MENGAPA  MANUSIA  MEMERLUKAN PENGETAHUAN?
  • Manusia  mempunyai sifat  rasa ingin tahu  tentang  sesuatu,  dan rasa ingin  tahu itu  selalu berkembang  dari waktu ke waktu .        
  • Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang  selalu berubah  dan meningkat dari waktu kewaktu.

Sebelum berajak ke pembahasan-pebahasan yang lebih rumit tentang sub-sub filsafat sains terlebih dahulu kita membincangkan tentang dasar-dasar pengetahuan sebagai langkah menuju ke pemahaman yang lebih sistematis dan komprehensif. Di dalamnya akan dibahas beberapa term yang berkaitan dengan pengetahuan itu sendiri. Dengan membicarakan topik ini diharapkan kita mampu memahami unsur-unsur yang dapat membantu manusia untuk memiliki pengetahuan dalam hidupnya. Maka, di sini akan dibahas pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, serta kebutuhan hidup manusia.

Pengalaman
Hal yang pertama dan paling utama yang mendasarkan pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia dalam interaksinya dengan alam, lingkungan dan kenyataan, termasuk Yang Ilahi. Pengalaman terbagi menjadi dua: (1) pengalaman primer, yaitu pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan sendiri; (2) pengalaman sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau reflektif mengenai pengalaman primer.
Paling tidak, ada tiga ciri pokok pengalaman manusia. Pertama, pengalaman manusia yang beraneka ragam. Kedua, pengalaman yang berkaitan dengan objek-objek tertentu di luar diri kita sebagai subjek. Dan ketiga, pengalaman manusia selalu bertambah seiring dengan pertambahan usia, kesempatan, dan kedewasaan.

Ingatan
            Pengetahuan manusia juga didasarkan pada ingatan sebagai kelanjutan dari pengalaman. Tanpa ingatan, pengalaman indrawi tidak akan bertumbuh menjadi pengetahuan. Ingatan mengandalkan pengalaman indrawi sebagai sandaran ataupun rujukan. Kita hanya dapat mengingat apa yang sebelumnya telah kita alami. Kendati ingatan sering kabur dan tidak tepat, namun kita dalam kehidupan sehari-hari selalu mendasarkan pengetahuan kita pada ingatan baik secara teoritis dan praktis. Seandainya ingatan tak dapat kita andalkan maka kita tak dapat melakukan tugas sehari-hari seperti mengenal sahabat, pacar, dan lain-lain. Tanpa ingatan, kegiatan penalaran kita menjadi mustahil. Karena untuk bernalar dan menarik kesimpulan dalam premis-premisnya kita menggunakan nalar.
Ingatan tidak selalu benar dan karenanya tidak selalu merupakan bentuk pengetahuan. Agar ingatan dapat dijadikan rujukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya bagi pengetahuan, setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi yakni: (1) kesaksian dan (2) konsisten.


Kesaksian
            “Kesaksian” dimaksudkan untuk penegasan sesuatu sebagai benar oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa, dan diajukan kepada orang lain untuk dipercaya. “Percaya” dimaksudkan untuk menerima sesuatu sebagai benar yang didasarkan pada keyakinan dan kewenangan atau jaminan otoritas orang yang memberi kesaksian.
Dalam mempercayai suatu kesaksian, kita tidak memiliki cukup bukti intrinsik untuk kebenarannya. Yang kita miliki hanyalah bukti ekstrinsik. Menurut Descartes, beberapa pemikir menolak kesaksian sebagai salah satu dasar dan sumber pengetahuan karena kesaksian bisa keliru dan bersifat menipu. Walaupun demikian, ada beberapa pengetahuan yang kebenarannya dirujukkan kepada kesaksian seperti sejarah, hukum, dan agama secara metodologis.

Minat dan Rasa Ingin Tahu
Tidak semua pengalaman dapat dijadikan pengetahuan atau tidak semua pengalaman berkembang menjadi pengetahuan. Untuk berkembang menjadi pengetahuan subjek yang mengalami harus memiliki minat dan rasa ingin tahu. Minat mengarahkan perhatian ke hal-hal yang dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan. Ini berarti bahwa dalam kegiatan mengetahui terdapat unsur penilaian. Orang akan memperhatikan dan mengetahui apa apa yang ia anggap bernilai. Dan rasa ingin tahu mendorong untuk bertanya dan menyelidiki apa yang dialaminya dan menarik minatnya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Rasa ingin tahu terkait erat dengan pengalaman mengagumkan dan mengesankan dengan keheranan yang dialami. Mengajukan pertanyaan yang tepat mengandaikan bahwa orang tahu di mana ia tahu dan di mana ia tidak tahu. Maka, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah langkah pertama untuk memperoleh jawaban yang tepat.



Pikiran dan Penalaran
Kegiatan pokok pikiran dalam mencari kebenaran dalam pengetahuan adalah penalaran. Bagi seorang guru, nalar adalah latihan intelektual untuk meningkatkan akal budi anak didik. Sedang, bagi ilmuwan, nalar adalah metode merancang percobaan untuk memeriksa hipotesis. Nalar dalam kehidupan kita sehari-hari selalu diartikan rasionalitas. Nicholas Rescher mengatakan, “Bersikap rasional berarti menggunakan kecerdasan untuk menentukan tindakan terbaik dalam suatu keadaan.” Ini definisi kasar, tapi berguna sebagai landasan untuk membangun suatu argumen.
            Penalaran adalah proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang telah diketahui sebelumnya. Setidaknya ada tiga metode dalam proses penalaran. Pertama, induksi yakni penalaran yang menarik kesimpulan umum (universal) dari kasus-kasus tertentu (partikular). Kedua, deduksi yakni penalaran untuk merumuskan sebuah hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan pernyataannya masih perlu untuk diuji coba.

Logika
Dalam logika, ada tiga rumus yang menjadi dasar-dasar pengetahuan. Pertama, silogisme kategoris yakni silogisme yang terdiri dari proposisi-proposisi yang bersifat kategoris, yaitu proposisi yang berbentuk S itu P atau S itu bukan P.
Contoh: Semua manusia dapat mati
  Ken Arok adalah manusia
  Ken Arok dapat mati
Contoh di atas adalah silogisme kategoris yang bersifat yang bersifat positif. Tapi silogisme kategoris juga bisa bersifat negatif. Maka, secara umum ada empat silogisme kategoris sejajar dengan empat jenis proposisi kategoris.
Afirmatif universal (A) : Semua manusia dapat mati
Negatif universal (B)   : Semua manusia tidak dapat hidup terus
Afirmatif universal (I)  : Beberapa orang dapat berenang
Negatif partikular (O)  : Beberapa orang tidak dapat berenang
Kedua, silogisme hipotetis yakni silogisme dalam proposisi bersyarat.
(1) Modus ponens: Kalau p – q
       Tetapi p
       Maka q
(2) Modus tollens: Kalau p – q
      Tetapi q
      Maka q

Bentuk-bentuk silogisme hipotetis lain tidak sahih.
Dan ketiga, silogisme disjungtif adalah silogisme yang sahih hanya dalam salah satu kemungkinan yang menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain.
Contoh: Atau p, atau q, atau r
  Tapi bukan p dan bukan r
  Maka r

Bahasa
Di samping logika penalaran juga mengandaikan bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan pengetahuannya. Dalam eksperimen antara bayi dan anak kera yang lahir secara bersama waktunya, pada awalnya keduanya berkembang hampir sejajar. Tapi seorang anak mulai bisa berbahasa, daya nalarnya menjadi amat berekembang dan pengetahuan tentang diri sendiri serta lingkungannya menjadi jauh melampaui kera seusianya.

Kebutuhan Hidup Manusia
Dalam interaksinya dengan dunia dan lingkungannya manusia membutuhkan pengetahuan. Maka, kebutuhan manusia juga dapat mendasari dan mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuannya. Berbeda dengan binatang, manusia memperoleh pengetahuan tidak hanya didasarkan pada instingtif tapi juga kreatif. Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan alat, memiliki strategi, dan kebijaksanaan dalam bertindak.

Walaupun kebutuhan manusia yang mendasari pengetahuan termasuk ke dalam dimensi pragmatis pengetahuan tapi juga terdorong oleh rasa keingintahuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

CARA  MEMPEROLEH  PENGETAHUAN (SUMBER PENGETAHUAN) :
1)      WAHYU
2)      PENGALAMAN
3)      OTORITAS
4)      BERPIKIR  DEDUKTIF
5)      BERPIKIR INDUKTIF
6)      METODE  ILMIAH

PERBEDAAN  ANTARA MANUSIA DAN HEWAN :
1)      Mahluk berpikir (homo sapiens)
2)      Mampu membuat alat/menggunakannya (homo faber)
3)      Dapat  berbicara/ berbahasa (homo longuens)
4)      Hidup bermasyarakat (homo socius)
5)      Hidup berekonomi (homo aeconomicus)
6)      Menyadari adanya  Tuhan  YME. (homo relijius)

           
               
Referensi

J. Sudarminta, Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 32.

Donald B. Calne, Batas Nalar: Rasionalitas dan Perilaku Manusia, terj. Parakitri T. Simbolon (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005), hlm. 19-20.

epistemologi


EPISTEMOLOGI

1.        PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.

ilmu dan Budaya


ILMU DAN BUDAYA
1. ILMU
          Pengertian ilmu adalah merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yaitu :
  1. LOGIS yaitu pikiran kita harus konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang telah ada.
  2. Harus didukung fakta empiris, yaitu telah teruji kebenarannya yang kemudian memperkaya khasanah pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik dan kumulatif.

ilmu dan Matematika


ILMU DAN MATEMATIKA

I.       PENDAHULUAN
Dalam filsafat ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan kebenaran ilmu tertentu.
Dalam filsafat ilmu dipelajari mengenai ilmu dan matematika. Ilmu tanpa matematika  tidak berkembang, matematika tanpa ilmu tak ada keteraturan.
Dengan pengetahuan manusia dapat mengembangkan mengatasi kelangsungan hidupnya, memikirkan hal-hal yang baru dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang khas di muka bumi ini.

aksiologi


AKSIOLOGI

A.  PENDAHULUAN
            Dalam pembahasan terdahulu kita telah membahas tentang hakikat apa yang dikaji (ontologi), dan bagaimana cara mendapatkan atau memperoleh ilmu (epistemologi), kini sampailah pada pembahasan aksiologi yang juga termasuk dalam cabang filsafat yang membahas nilai kegunaan dari ilmu-ilmu tersebut.
            Aksiologi mengkaji tentang nilai, dan teori nilai tersebut dibagi menjadi dua yaitu etika dan estetika. Makalah ini akan membahas tentang pengertian aksiologi, nilai, etika dan estetika.

 
Design by FEBRINA BIDASARI